Header Ads

Apakah haq ucapan tidaklah mencukupi jika seluruh ranting di bumi dijadikan pena dan lautan sebagai tinta untuk menghitung nikmat Allah

Tanya:
Kalau seandainya seluruh ranting-ranting pohon yang ada di bumi dijadikan pena dan lautan sebagai tintanya untuk menghitung nikmat yang Allah berikan, maka itu tidak akan cukup. Apakah perkataan ini haq?

Jawab:
Oleh Al Ustadz Abdul Haq Balikpapan hafizhahullah

Dari sisi makna, ya mungkin.

وَإِن تَعُدُّواْ نِعْمَةَ اللّهِ لاَ تُحْصُوهَا
"Apabila kalian menghitung-hitung nikmat Allah Subhanahu Wa Ta'ala maka niscaya kalian tidak akan mampu untuk membilangnya" (QS An Nahl: 18)

Tidak bisa dihitung nikmat Allah itu. Karena nikmat Allah itu mencakup apa yang sudah kita lewati, yang sudah kita rasakan, dan sudah banyak yang lupa juga, iya kan?. Tambah lagi nikmat yang sekarang sedang kita jalani, berapa nikmat yang kita rasakan? Sekarang ini nih! Itu yang kita ketahui, yang belum kita ketahui itu nikmat, ya banyak juga. Berapa banyak orang tidak sadar sehat itu nikmat dari Allah, umur itu nikmat dari Allah Subhanahu Wa Ta'ala.

Ada sebagian orang salah kaprah, dikatakan nikmat itu apabila kaitannya dengan materi, dengan harta, kekayaan. Yang bukan materi, bukan nikmat. Sehingga diapun foya-foya dengan kesehatannya, dengan badannya yang bugar, yang sehat, ndak sadar itu nikmat dari Allah Subhanahu Wa Ta'ala.

Dan juga termasuk nikmat Allah adalah nikmat yang akan dia rasakan di kemudian hari. Tiga hal dari nikmat Allah, yang ini semuanya kalau dihitung-hitung tidak bisa. Yang sudah kita lewati, sudah banyak yang lupa, yang sedang kita rasakan tidak bisa dihitung, yang akan kita rasakan ya tambah lagi (tidak bisa dihitung, -red). Makanya Allah menyebutkan tadi

"Kalau kalian berusaha untuk menghitung nikmat Allah, tidak akan bisa"

Artinya, apa yang kita wujudkan dari bentuk syukur kita kepada Allah Subhanahu Wa Ta'ala, atas nikmat yang Allah berikan kepada kita, itu tidak ada bandingannya. Belum imbang, sebanyak apapun. Sehingga hendaknya seorang muslim jangan terlalu bangga dengan amalan ibadahnya, dengan kebaikannya, dengan amalan shalehnya, dengan jasanya terhadap islam dan kaum muslimin, jangan!

"Oh ini sudah syukur, oh laa (jangan, -red)"

Sehingga terkadang sebagian orang bangga, menyombongkan diri, merendahkan yang lainnya, tidak bisa!

Adapun ungkapan ini dianggap sebagai hadits ataupun Al Qur'an maka ini membutuhkan dalil tentunya, wallahu ta'ala a'lamu bishawab. Atau mungkin ada yang tahu, apakah ucapan ini berasal dari hadits atau apa? Wallahu a'lam. Artinya menunjukkan banyaknya (iya, dari sisi makna). Ya sekaligus tanbih, panjang tapi tanbih  isinya, thayyib.

Download Audio disini
Diberdayakan oleh Blogger.