Apakah diharamkan jual beli setelah adzah dan bagaimana jika pada hari jum'at
وسئل ابن باز رحمه الله تعالى:
هل يحرم البيع أثناء الأذان وبعده، وكيف الحال في يوم الجمعة، هل يحرم البيع بعد الأذان الأول أو الثاني؟
البيع يحرم بعد الأذان الأول في الجمعة؛ لأن الله قال: يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا إِذَا نُودِي لِلصَّلَاةِ مِن يَوْمِ الْجُمُعَةِ فَاسْعَوْا إِلَى ذِكْرِ اللَّهِ [سورة الجمعة(9)]. فلا يجوز البيع والشراء ولا الإجارة ولا المساقاة ولا غير ذلك، بل يجب أن يتفرغ العباد لصلاة الجمعة، ويبادر لصلاة الجمعة ، ولا يتشاغل بشيء آخر. أما الأوقات الأخرى فقد تلحق بالجمعة وقد لا تلحق، فالأحوط له أن لا يفعل شيء بعد الآذان، بعد آذان بعد الظهر أو العصر أو المغرب ؛ لأنه قد يشغله عن الجماعة، فالأحوط له أن يحذر ذلك إلا أن يكون شيئاً يسيراً ما يشغل فلعله لا حرج فيه؛ لأن الله -جل وعلا- إنما جاء عنه النص في مسألة الجمعة؛ لأن أمرها عظيم ، ويجب حضورها ، وتفوت بفواتها ، فأمرها أعظم ، وهي فرض الأسبوع. فالمقصود أن الجمعة لا يقاس عليها غيرها، لكن إذا هجر هذا الشيء وابتعد عنه لئلا يشغله عن الجماعة كان هذا أولى ، وبكل حال إذا كان بيعه قد يشغله عن أداء الصلاة في الجماعة حُرم، لكن في بعض الأحيان تكون الصلاة متأخرة، إذا تأخر الإمام ويمكن للإنسان في طريقه أن يشتري سلعة ويبيعها قد لا يضر حضوره الصلاة. وبكل حال أن كونه يبتعد عن هذا الشيء ، ويستأنس بما جاء في الجمعة يكون هذا أحوط حتى يتشبه بالجمعة في حذر.
فتاوى نور على الدرب لسماحة الشيخ عبدالعزيز بن باز رحمه الله
Telah ditanya Syaikh Bin Baaz rahimahullahu ta'ala:
Apakah diharamkan jual beli pada saat adzan atau setelahnya? Lalu bagaimana kondisinya apabila hal itu terjadi pada hari jum'at, apakah diharamkan jual-beli setelah adzan pertama atau kedua?
Jawabannya:
Transaksi jual beli diharamkan setelah adzan pertama pada hari jum'at, karena Allah subhanahu wata'ala berfirman:
[9: يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا إِذَا نُودِي لِلصَّلَاةِ مِن يَوْمِ الْجُمُعَةِ فَاسْعَوْا إِلَى ذِكْرِ اللَّهِ [سورة الجمعة]
"Wahai orang-orang yang beriman, apabila kalian diseru untuk mengerjakan shalat pada hari jum'at, maka bersegeralah menuju dzikrullah (mengingat Allah)" (QS: Al Jumu'ah: 9)
Maka tidak diperbolehkan jual-beli, sewa-menyewa, kerjasama dalam masalah pengairan sawah atau ladang dsb, bahkan yang wajib bagi kaum muslimin adalah memfokuskan untuk mengerjakan shalat jum'at, dan bersegera untuk menghadiri shalat jum'at serta tidak menyibukkan dengan hal-hal yang lain.
Adapun waktu-waktu yang lain (setelah adzan selain shalat jum'at), mungkin disamakan dan ada kemungkinan tidak disamakan, meskipun untuk kehati-hatian maka tidak melakukan transaksi apapun setelah adzan seperti setelah adzan Dhuhur, Ashr, atau Maghrib karena hal itu akan menyibukkannya dari shalat berjama'ah. Sehingga untuk kehati-hatian hendaknya dia perhatikan hal itu, kecuali transaksi yang ringan, yang tidak menyibukkannya, maka mudah-mudahan tidak mengapa. Karena sesungguhnya Allah subhanahu wata'ala hanya menyebutkan tentang masalah hari jum'at, karena perkaranya yang besar, wajibnya untuk menghadirinya, sehingga ketika seorang terluputkan dari shalat jum'at maka hilang pula darinya keutamaan hari jum'at, karena keutamaan shalat jum'at sangat besar, sebagai amalan wajib dalam sepekan.
Maksudnya bahwa shalat jum'at tidak boleh diqiyaskan dengan waktu-waktu yang lainnya, namun apabila dia meninggalkan transaksi tersebut dan menjauh darinya sehingga tidak melalaikannya dari dari shalat berjama'ah maka itu tentunya lebih afdhal.
Kesimpulanya bahwa apabila transaksi tersebut sampai menyibukkannya dari shalat berjama'ah maka diharamkan, namun terkadang pada sebagian kondisi, shalat berjama'ah agak diakhirkan pelaksanaannya, ketika imam datang terlambat, dan seseorang memungkinkan untuk membeli sesuatu di tengah perjalanannya, atau menjual sesuatu, maka terkadang hal itu tidak memudharatkannya untuk menghadiri shalat berjama'ah.
Kesimpulannya bahwa apabila seseorang menjauh dari melakukan transaksi (pada waktu-waktu lain selain jum'at), dengan menjadikan penguatnya adalah dalil-dalil yang menjelaskan tentang (larangan jual-beli) hari jum'at maka tentunya itu lebih berhati-hati, sehingga kondisinya sama dengan shalat jum'at dalam hal larangannya.
Fataawa Nur 'ala ad Darb Syaikh Abdul Aziz bin Baaz rahimahullahu ta'ala
Alih bahasa: Al Ustadz Abdul Haq hafizhahullah