Header Ads

Apakah orang tua rasulullah masuk neraka

Tanya:
Apakah orang tua rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam masuk neraka karena belum islam?

Jawab:
Oleh Al Ustadz Abu Muawiyah Askary hafizhahullah

Ma'asyaral ikhwah rahimakumullah, pertama kita perlu mengetahui bahwa menghukumi seorang masuk neraka, seorang masuk ke dalam al jannah, itu perkara ghaib. Tidak diperbolehkan seorang memvonis si fulan sebagai ahlul jannah, si fulan sebagai ahlu naar, kecuali dengan dalil. Dari Al Qur'an Al Karim atau dari sunnah nabi shallallahu 'alaihi wasallam. Mengapa kita mengatakan Abu Lahab ahlu naar. Karena telah disebutkan oleh Allah Subhanahu Wa Ta'ala dalam surat khusus Surat Al Masad yang menerangkan tentang keadaan Abu Lahab dan istrinya yang menjadi ahlu naar.

Mengapa kita mengatakan Abu Bakr Ash Shiddiq ahlul jannah? Ummar ahlul jannah, Utsmman ahlul jannah, Ali ahlul jannah, dan para sahabat yang lain sebagai ahlul jannah? Karena telah disebutkan oleh rasulullah shallallahu 'alaihi wa'ala 'alihi wasallam bahwa mereka ahlul jannah. Maka kita pun mengatakan mereka ahlul jannah. Adapun yang tidak disebut, maka tidak diperbolehkan kita memvonis seseorang sebagai ahlul jannah atau ahlu naar tanpa hujjah, tanpa burhan.

Lalu bagaimana dengan orang tua rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam? Ya tinggal kembalikan pada hadits. Apa yang disebutkan oleh rasulullah 'alaihi shallatu wasallam, maka itulah yang kita katakan. Apa yang tidak disebutkan oleh nabi 'alaihi shallatu wasallam, jangan kita mengada-ada.

Bagaimana dengan ayah rasulullah 'alaihi shallatu wasallam? Dalam riwayat imam Muslim ada seorang datang kepada nabi 'alaihi shallatu wasallam, mempertanyakan tentang kondisi ayahnya, dimanakan dia? Apakah dia dilemparkan ke dalam neraka atau menjadi ahlul jannah? Maka nabi shallallahu 'alaihi wasallam mengatakan:

أَبَاكَ فِي النَّارِ
"Ayahmu dalam neraka"

Lalu ketika sahabat ini balik, dipanggil lagi oleh rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam, dipertegas. Kata beliau shallallahu 'alaihi wasallam:

إِنَّ أَبِي وَأَبَاكَ فِي النَّارِ
"Sesungguhnya ayahku dan ayahmu dua-duanya masuk ke dalam neraka"

Hadits shahih, saya belum mengetahui ada ulama yang melemahkan riwayat ini. Sehingga cukup kita mengatakan seperti yang dikatakan oleh rasulullah 'alaihi shallatu wasallam ayah beliau ahlu naar.

Rasulullah 'alaihi shallatu wasallam dalam hadits yang shahih riwayat imam Muslim dan yang lainnya, pernah melewati kuburan ibunya, maka beliau singgah bahkan beliau menangis ketika itu. Lalu kemudian para sahabat bertanya kepada nabi 'alaihi shallatu wasallam yang menyebabkan beliau menangis. Maka rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam menjelaskan bahwa "Aku memohon kepada Allah untuk beristighfar untuk ibuku, namun Allah Subhanahu Wa Ta'ala tidak mengizinkan aku"

مَا كَانَ لِلنَّبِيِّ وَالَّذِينَ آمَنُواْ أَن يَسْتَغْفِرُواْ لِلْمُشْرِكِينَ وَلَوْ كَانُواْ أُوْلِي قُرْبَى مِن بَعْدِ مَا تَبَيَّنَ لَهُمْ أَنَّهُمْ أَصْحَابُ الْجَحِيمِ
"Tidak sepantasnya seorang mukmin atau seorang nabi beristighfar kepada orang-orang yang kafir, walaupun mereka itu dari kerabatnya, apabila telah jelas bahwa mereka dari penghuni neraka" (QS At-Taubah: 113)

Lalu kemudian nabi shallallahu 'alaihi wasallam meminta izin kepada Allah Azza Wa Jalla untuk menziarahi kuburan ibunya, maka diizinkan oleh Allah Subhanahu Wa Ta'ala kepada rasulnya shallallahu 'alaihi wasallam.

Mau diapa? Rasulullah yang mengatakan, ini bukan dari karangan seseorang.

"Oh kamu ini tidak menghormati rasulullah. Berani-beraninya kamu mengeluarkan fatwa menyatakan bahwa orang tua rasulullah itu dalam neraka"

Yang mengatakan bukan kita koq. Silahkan teliti haditsnya, dan hukumi berdasarkan ilmu musthalah al hadits, kan begitu. Siapa para ulama yang melemahkan? Siapa para ulama yang mengatakan hadits ini dusta, misalnya? Siapa itu? Silahkan hukumi berdasarkan hukum yang telah diterangkan oleh para ulama kriteria untuk mengatakan hadits ini shahih atau tidak shahih. Itulah sikap kita.

Kalau hadits itu shahih, yang wajib adalah menetapkannya, meyakininya. Apakah ini merendahkan kedudukan rasulullah? Tidak merendahkan kedudukan rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam. Beliau adalah seorang hamba yang dimuliakan oleh Allah Azza Wa Jalla fi dunya wal akhirah.

Lalu mana dalil yang shahih yang bisa dipertanggung jawabkan secara ilmiyah, yang menunjukkan bahwa ayahanda rasulullah atau ibunda rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam min ahlil jannah? Mana dalilnya? Jadi tinggal kembalikan pada riwayat.

Orang-orang syiah mengatakan Abu Thalib itu mati dalam keadaan mukmin. Orang-orang syiah, Abu Thalib di masa hidupnya rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam, ketika Abu Thalib masih hidup, melindungi rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam karena ada hubungan kekerabatan. Sepeninggal Abu Thalib, maka dakwah rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam di Makkah, semakin dipersempit. Perlawanan dari orang-orang kafir semakin kuat. Yang menjadi sebab nabi 'alaihi shallatu wasallam dan para sahabat terpaksa berhijrah ke Al Madinah.

Hadit-hadits yang menerangkan tentang kondisi Abu Thalib ketika mati, dalam keadaan kafir. Hadits-hadits yang shahih, muttafaqun 'alaihi. Lalu bagaimana? Mengikuti pendapat syiah hanya dengan akal, mengatakan bahwa:

"Mana mungkin seorang yang selama ini melindungi rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam ketika dia masih hidup, koq bisa dikatakan mati dalam keadaan kafir? Sementara Abu Sufyan, ayah Muawiyah yang semasa hidupnya memusuhi rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam dan dakwahnya hingga fathul Makkah, baru setelah itu Abu Sufyan masuk islam, padahal sepanjang itu dia memusuhi dakwahnya rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam mulai dari Makkah kemudian setelah berhijrah, koq dikatan mati sebagai seorang mukmin, sebagai seorang muslim?"

Lha mau diapa? Yang memberi hidayah itu siapa?

مَنْ يَهْدِهِ اللهُ فَلَا مُضِلَّ لَهُ، وَمَنْ يُضْلِلْ فَلَا هَادِيَ لَهُ
"Siapa yang Allah beri hidayah, tidak ada yang mampu untuk menyesatkan. Siapa yang Allah sesatkan, tidak ada yang mampu memberi hidayah"

Ayah nabiyullah Ibrahim kholilullah 'alaihi sallam, mati sebagai seorang kafir, sebagai seorang yang menyekutukan Allah Subhanahu Wa Ta'ala, musyrik. Padahal siapa nabiyullah Ibrahim? Kholilullah 'alaihi shallatu wasallam. Tidak merendahkan kedudukan Ibrahim 'alaihi sallam. Hidayah itu milik Allah. Allah yang memberikan kepada siapa yang Allah kehendaki. Bukan di tangan kita, bukan milik kita. Sehingga ma'asyaral ikhwah rahimakumullah, semuanya harus dikembalikan kepada dalil, kepada hujjah, bukan kepada perasaan.

Abu Thalib mati sebagai seorang kafir.
"Ya, mati sebagai seorang kafir"

Sehingga rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam menerangkan tentang kondisi Abu Thalib dalam neraka, dia berada di neraka yang paling ringan. Paling ringannya itu apa? Berjalan dengan terompah, otaknya mendidih. Kata nabi shallallahu 'alaihi wasallam:

وَلَوْلاَ أَنَا لَكَانَ فِي الدَّرْكِ اْلأَسْفَلِ مِنَ النَّارِ
"Kalau bukan karena syafaatku kepadanya, niscaya dia akan ditempatkan di neraka yang paling dasar"

Rasul 'alaihi shallatu wasallam memberi syafaat kepada Abu Thalib, syafaat khusus namun beliau tidak mampu memberi syafaat untuk mengeluarkan Abu Thalib dari neraka, karena dia mati dalam keadaan kafir. Sehingga permasalahan ini harus dinilai secara ilmiyah. Tidak diperbolehkan menilai dan mengeluarkan hukum secara perasaan. Dengan alasan cinta kepada rasulullah lalu kemudian mengeluarkan pendapat-pendapat yang jelas menyelisihi dalil dari sunnah rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam. Ikuti apa yang dikatakan oleh nabi shallallahu 'alaihi wasallam sudah cukup bagi kita, alhamdulilah.

Download Audio disini
Diberdayakan oleh Blogger.