Apakah benar yang mentahdzir TV Rodja hanya syaikh Rabi'
Tanya:
Allahul musta'an, TV rodja, apakah juga hanya syaikh Rabi' (yang mentahdzir, -red)?
Jawab:
Oleh Al Ustadz Abu Abdillah Luqman Ba'abduh hafizhahullah
Kalau hanya syaikh Rabi' kenapa? Ini kan kaidahnya bid'ahnya Ali Hasan, termasuk. Bahwa tahdzir dan tabdi' itu harus sepakat ulama, ini bid'ah baru. Tidak ada kalimat seperti ini, dulu ketika al imam Sufyan Ats Tsauri mentahdzir seseorang, cukup Sufyan Ats Tsauri yang lainnya mengikuti fatwa itu, karena memang itu didasarkan ilmu. Muncul fatwa itu dari orang yang memang di bidangnya, barakallaahufiikum. Begitu juga al imam Ahmad, ketika menyatakan Al Marisi mubtadi'. Bisyr Al Marisi, tidak ada satupun yang menyatakan:
"Tunggu dulu! Ibnu Ma'in bagaimana? Bagaimana Ishaq bin Rahawaih?"
Tidak ada! Salaf tidak pernah mengajarkan demikian.
"Ya'qub bin Syaibah jahmiyun mubtadi'" kata imam Ahmad, selesai!
Nah salah satu bid'ahnya Ali Al Halabi adalah ini tadi.
"Siapa? Wong cuma syaih Rabi' koq. Lagi-lagi syaikh Rabi', lagi-lagi syaikh Rabi""
"Terus kenapa?"
Na'am, barakallaahufiikum. Hati-hati dari syubhat ini, barakallaahufiikum, na'am.
Syubhat ini dulu telah muncul di saat awal adanya fitnah sururiyah, tahun 1992 - 1993, dimana antum waktu itu? Na'am. Ketika itu yang pertama mulai mentahdzir adalah syaikh Rabi' wa syaikh Muhammad Aman Al Jami. Mulai Salman Al Audah, Safar Al Hawali, dan, dan, dan, yang lainnya mengeluarkan syubhat:
"Ulama kita syaikh bin Baz, adalah seorang mujaddid"
Dipuji-puji syaikh bin Baz, punya tujuan, na'am. Begitu keluar tahdzir dari syaikh Rabi' dan syaikh Muhammad Aman Al Jami rahimahullah, mereka mencoba mendatangi syaikh bin Baz, mendekat. Sehingga syaikh bin Baz manusia, menampakkan dirinya sebagai ahlussunnah, sampai terakhir. Untuk kemudian syubhatnya lagi:
"Syaikh Ibnu Utsaimin, al faqih, faqihul 'ashr"
Dicetak buku-buku syaikh Ibnu Utsaimin, diterbitkan, wah masya Allah, luar biasa, hizbiyyin. Sampai terakhir, lha mereka ulama itu satu manhaj, kalau hari ini tidak tahu, besok insya Allah akan tahu. Sampai akhirnya syaikh bin Baz benar-benar tahu siapa Safar Al Hawali, doktor Safar Al Hawali, dan siapa doktor Salman Al Audah, siapa doktor Nashir Al 'Umar dan yang lainnya. Keluarlah surat tahdzir resmi dari haiah kibarul 'ulama tanda tangan dan stempel asy syaikh Abdul Aziz bin Baz.
Baru orang-orang yang lemah imannya, lemah manhajnya:
"Iya ya, dulu kami salah, dulu..."
"Lha, dari dulu kamu dinasehatin koq"
Orang yang jenis seperti ini, tidak selesai. Syubhat berikutnya, fitnah berikutnya, cari lagi peluang lagi, na'am. Sebenarnya banyak orang-orang lama disini, di fitnah-fitnah ini orang-orang lama yang tidak puas, tapi tidak bisa menampakkan ketidakpuasannya karena ummat sudah terlanjur menerima, ini berbahaya, barakallahufiikum.
Muncul fitnahnya Abul Hasan Al Maghribi, pada kurang lebih tahun 2002. Mulai di Yaman, banyak yang membela, 'Abdurrahman Al 'Adani, Muhammad Al Imam, Abdul Aziz Al Bura'i, membela Abul Hasan Al Maghribi.
"Masyaikh kibar belum bicara, masykaikh kibar..."
Wah dipuji-puji, syaikh Shaleh Al Fauzan dipuji, syaikh ini dipuji. Syaikh Abdul Muhsin Al Abbad dipuji, dibesar-besarkan. Maunya, syaikh Rabi' itu (tidak dianggap, -red). Terus sampai...sampai pada kesimpulan Abdul Aziz Al Bura'i melarang kitab-kitab syaikh Rabi' yang menjelaskan dan membongkar kebid'ahan Abul Hasan.
"Buku-buku syaikh Rabi' hanya menambah perpecahan saja"
Masya Allah, sudah. Ternyata Allah memang menghendaki al haq itu terus, terus maju, maju, maju, sampai banyak orang di Yaman menyadari. Di saat itu baru Muhammad Al Imam menyatakan:
"Memang dulu syaikh Muqbil pernah bilang kepada saya: "والله يا شيخ محمد اني أخاف من أبوالحسن على دكوتنة""
"Saya itu khawatir", kata syaikh Muqbil "terhadap keselamatan dakwah kita ini dari bahaya Abul Hasan"
Lho, koq baru sekarang bicara? Sebelumnya kamu katakan:
"Syaikh Abul Hasan alim"
"Syaikh Rabi' mentahdzir!"
"Iya, dia alim. Jangan bikin perpecahan kita, ukhuwwah kita!"
Sudah saatnya tidak bisa lagi, tidak ada peluang lagi baru membongkar file lama. Kenapa tidak bilang dari awal bahwa syaikh Muqbil gurumu telah berpesan kepadamu untuk mewaspadai Abul Hasan, na'am. Begitu juga Abdul Aziz Al Bura'i, sama juga. Kondisi sudah tidak mungkin melawan arus. Sejarah itu penting ya ikhwan!
Jadi kalau sekarang muncul fitnahnya watsiqah, kemudian ada orang-orang Indonesia, anak-anak kemarin Indonesia yang ada di Ma'bar dulu ber'ashabiyah kepada Muhammad Al Imam dengan segala syubhatnya, ini adalah potret lama. Yang belum tahu potret lama, buka albumnya.
Penting album potret-potret lama. Jangan dipotong lho ini nanti!
"Luqman Ba'abduh membolehkan album potret"
Na'am, katanya Al Umairi, tahu Abdul Hadi Al Umairi? Yang sekarang dijadikan gaco. Tahu gaco?Alat untuk mukul orang lain, ini sembunyi. "kasih lagi, pukul lagi, sembunyi lagi". Mumpung menemukan juru lempar. Dikasih bahan, diantara bentuk kemungkaran Luqman Ba'abduh itu adalah dia mengkhususkan majelis disana hanya khusus untuk jarh wa ta'dil, tidak boleh bicara fiqh, ini salah satu penyimpangan.
Lho ana kaget.
"Ustadz pernah bicara begini?"
"Dimana sih?"
"Di daurah Balikpapan"
Ana dengarkan "ooo..."
Sekarang di majelis ini, yang tahu suasana ini antum ataukah yang mendengarkan melalui radio RII? Yang mengetahui suasana kita ini antum kan? Na'am, disaat itu saya sedang menjawab, daurahnya itu bicara tentang manhaj, bagaimana menyikapi ahlul bid'ah, kalau tidak salah membaca kitab asy syariah karya Al Ajurri. Disaat akhir daurah, tanya jawab.
"Wah ini panas-panas pertanyaannya, jawab, manhaj, manhaj lagi, manhaj lagi, tahdzir lagi"
Subhanallah saya buka satu (pertanyaan, -red):
"Ustadz..." kalau tidak salah tanya tentang pembatal-pembatal wudhu apa begitu.
"Lho, maaf ini sekarang waktunya manhaj ya, bukan waktunya fiqh ya"
Tertawa hadirin, kaya tertawanya antum sekarang. Itu potongan suara ana diambil. Luqman Ba'abduh diantara penyimpangannya, miskin... ya miskin... Majelis pergok seperti ini tingkat keilmiyahannya. Abdul Hadi Al Umairi MA, barakallahufiikum. Ya seperti tadi, saya katakan "perlu potret-potret lama itu dibuka kembali albumnya", potong, tek...
"Luqman Ba'abduh membolehkan album potret"
Kasihan, tidak punya hujjah, akhirnya cari-cari seperti ini. Kalau sudah tidak punya hujjah ilmiyah berdasarkan aqidah dan manhaj, dia akan mencari masalah-masalah pribadi juga. Masalah pribadi diungkit-ungkit, jika benar. Masakin, masakin, na'am perlu diberi shadaqah karena masakin. Barakallahufiikum, ikhwani fiddin a'aazaniyallahu wa iyyakum.
Download Audio disini
Allahul musta'an, TV rodja, apakah juga hanya syaikh Rabi' (yang mentahdzir, -red)?
Jawab:
Oleh Al Ustadz Abu Abdillah Luqman Ba'abduh hafizhahullah
Kalau hanya syaikh Rabi' kenapa? Ini kan kaidahnya bid'ahnya Ali Hasan, termasuk. Bahwa tahdzir dan tabdi' itu harus sepakat ulama, ini bid'ah baru. Tidak ada kalimat seperti ini, dulu ketika al imam Sufyan Ats Tsauri mentahdzir seseorang, cukup Sufyan Ats Tsauri yang lainnya mengikuti fatwa itu, karena memang itu didasarkan ilmu. Muncul fatwa itu dari orang yang memang di bidangnya, barakallaahufiikum. Begitu juga al imam Ahmad, ketika menyatakan Al Marisi mubtadi'. Bisyr Al Marisi, tidak ada satupun yang menyatakan:
"Tunggu dulu! Ibnu Ma'in bagaimana? Bagaimana Ishaq bin Rahawaih?"
Tidak ada! Salaf tidak pernah mengajarkan demikian.
"Ya'qub bin Syaibah jahmiyun mubtadi'" kata imam Ahmad, selesai!
Nah salah satu bid'ahnya Ali Al Halabi adalah ini tadi.
"Siapa? Wong cuma syaih Rabi' koq. Lagi-lagi syaikh Rabi', lagi-lagi syaikh Rabi""
"Terus kenapa?"
Na'am, barakallaahufiikum. Hati-hati dari syubhat ini, barakallaahufiikum, na'am.
Syubhat ini dulu telah muncul di saat awal adanya fitnah sururiyah, tahun 1992 - 1993, dimana antum waktu itu? Na'am. Ketika itu yang pertama mulai mentahdzir adalah syaikh Rabi' wa syaikh Muhammad Aman Al Jami. Mulai Salman Al Audah, Safar Al Hawali, dan, dan, dan, yang lainnya mengeluarkan syubhat:
"Ulama kita syaikh bin Baz, adalah seorang mujaddid"
Dipuji-puji syaikh bin Baz, punya tujuan, na'am. Begitu keluar tahdzir dari syaikh Rabi' dan syaikh Muhammad Aman Al Jami rahimahullah, mereka mencoba mendatangi syaikh bin Baz, mendekat. Sehingga syaikh bin Baz manusia, menampakkan dirinya sebagai ahlussunnah, sampai terakhir. Untuk kemudian syubhatnya lagi:
"Syaikh Ibnu Utsaimin, al faqih, faqihul 'ashr"
Dicetak buku-buku syaikh Ibnu Utsaimin, diterbitkan, wah masya Allah, luar biasa, hizbiyyin. Sampai terakhir, lha mereka ulama itu satu manhaj, kalau hari ini tidak tahu, besok insya Allah akan tahu. Sampai akhirnya syaikh bin Baz benar-benar tahu siapa Safar Al Hawali, doktor Safar Al Hawali, dan siapa doktor Salman Al Audah, siapa doktor Nashir Al 'Umar dan yang lainnya. Keluarlah surat tahdzir resmi dari haiah kibarul 'ulama tanda tangan dan stempel asy syaikh Abdul Aziz bin Baz.
Baru orang-orang yang lemah imannya, lemah manhajnya:
"Iya ya, dulu kami salah, dulu..."
"Lha, dari dulu kamu dinasehatin koq"
Orang yang jenis seperti ini, tidak selesai. Syubhat berikutnya, fitnah berikutnya, cari lagi peluang lagi, na'am. Sebenarnya banyak orang-orang lama disini, di fitnah-fitnah ini orang-orang lama yang tidak puas, tapi tidak bisa menampakkan ketidakpuasannya karena ummat sudah terlanjur menerima, ini berbahaya, barakallahufiikum.
Muncul fitnahnya Abul Hasan Al Maghribi, pada kurang lebih tahun 2002. Mulai di Yaman, banyak yang membela, 'Abdurrahman Al 'Adani, Muhammad Al Imam, Abdul Aziz Al Bura'i, membela Abul Hasan Al Maghribi.
"Masyaikh kibar belum bicara, masykaikh kibar..."
Wah dipuji-puji, syaikh Shaleh Al Fauzan dipuji, syaikh ini dipuji. Syaikh Abdul Muhsin Al Abbad dipuji, dibesar-besarkan. Maunya, syaikh Rabi' itu (tidak dianggap, -red). Terus sampai...sampai pada kesimpulan Abdul Aziz Al Bura'i melarang kitab-kitab syaikh Rabi' yang menjelaskan dan membongkar kebid'ahan Abul Hasan.
"Buku-buku syaikh Rabi' hanya menambah perpecahan saja"
Masya Allah, sudah. Ternyata Allah memang menghendaki al haq itu terus, terus maju, maju, maju, sampai banyak orang di Yaman menyadari. Di saat itu baru Muhammad Al Imam menyatakan:
"Memang dulu syaikh Muqbil pernah bilang kepada saya: "والله يا شيخ محمد اني أخاف من أبوالحسن على دكوتنة""
"Saya itu khawatir", kata syaikh Muqbil "terhadap keselamatan dakwah kita ini dari bahaya Abul Hasan"
Lho, koq baru sekarang bicara? Sebelumnya kamu katakan:
"Syaikh Abul Hasan alim"
"Syaikh Rabi' mentahdzir!"
"Iya, dia alim. Jangan bikin perpecahan kita, ukhuwwah kita!"
Sudah saatnya tidak bisa lagi, tidak ada peluang lagi baru membongkar file lama. Kenapa tidak bilang dari awal bahwa syaikh Muqbil gurumu telah berpesan kepadamu untuk mewaspadai Abul Hasan, na'am. Begitu juga Abdul Aziz Al Bura'i, sama juga. Kondisi sudah tidak mungkin melawan arus. Sejarah itu penting ya ikhwan!
Jadi kalau sekarang muncul fitnahnya watsiqah, kemudian ada orang-orang Indonesia, anak-anak kemarin Indonesia yang ada di Ma'bar dulu ber'ashabiyah kepada Muhammad Al Imam dengan segala syubhatnya, ini adalah potret lama. Yang belum tahu potret lama, buka albumnya.
Penting album potret-potret lama. Jangan dipotong lho ini nanti!
"Luqman Ba'abduh membolehkan album potret"
Na'am, katanya Al Umairi, tahu Abdul Hadi Al Umairi? Yang sekarang dijadikan gaco. Tahu gaco?Alat untuk mukul orang lain, ini sembunyi. "kasih lagi, pukul lagi, sembunyi lagi". Mumpung menemukan juru lempar. Dikasih bahan, diantara bentuk kemungkaran Luqman Ba'abduh itu adalah dia mengkhususkan majelis disana hanya khusus untuk jarh wa ta'dil, tidak boleh bicara fiqh, ini salah satu penyimpangan.
Lho ana kaget.
"Ustadz pernah bicara begini?"
"Dimana sih?"
"Di daurah Balikpapan"
Ana dengarkan "ooo..."
Sekarang di majelis ini, yang tahu suasana ini antum ataukah yang mendengarkan melalui radio RII? Yang mengetahui suasana kita ini antum kan? Na'am, disaat itu saya sedang menjawab, daurahnya itu bicara tentang manhaj, bagaimana menyikapi ahlul bid'ah, kalau tidak salah membaca kitab asy syariah karya Al Ajurri. Disaat akhir daurah, tanya jawab.
"Wah ini panas-panas pertanyaannya, jawab, manhaj, manhaj lagi, manhaj lagi, tahdzir lagi"
Subhanallah saya buka satu (pertanyaan, -red):
"Ustadz..." kalau tidak salah tanya tentang pembatal-pembatal wudhu apa begitu.
"Lho, maaf ini sekarang waktunya manhaj ya, bukan waktunya fiqh ya"
Tertawa hadirin, kaya tertawanya antum sekarang. Itu potongan suara ana diambil. Luqman Ba'abduh diantara penyimpangannya, miskin... ya miskin... Majelis pergok seperti ini tingkat keilmiyahannya. Abdul Hadi Al Umairi MA, barakallahufiikum. Ya seperti tadi, saya katakan "perlu potret-potret lama itu dibuka kembali albumnya", potong, tek...
"Luqman Ba'abduh membolehkan album potret"
Kasihan, tidak punya hujjah, akhirnya cari-cari seperti ini. Kalau sudah tidak punya hujjah ilmiyah berdasarkan aqidah dan manhaj, dia akan mencari masalah-masalah pribadi juga. Masalah pribadi diungkit-ungkit, jika benar. Masakin, masakin, na'am perlu diberi shadaqah karena masakin. Barakallahufiikum, ikhwani fiddin a'aazaniyallahu wa iyyakum.
Download Audio disini