Penyimpangan jama'ah tabligh
DIANTARA PENYIMPANGAN JAMA'AH TABLIGH.
Tanya:
Tolong jelaskan tentang kesesatan Jama'ah Tabligh. Bolehkah khuruj bersama mereka?
Jawab:
Oleh Ustadz Askari hafizhahulloh
Ini pembahasan klasik, yakni perlu daurah sendiri. Masalah jama'ah tabligh, intinya bahwa jama'ah tabligh sufiyah, pada asalnya sufiyah. Yang tergabung padanya empat thariqat, naqsyabandiyah, suhrawardiyah, al justiyah, terus apa satu lagi, empat thariqat sufiyah tergabung di situ. Jadi asalnya memang sudah thariqat, oleh karena itu, tampak sekali dari amalan-amalan yang jauh dari bimbingan rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam. Sering berdalil dengan mimpi-mimpi, sedikit-sedikit saya mimpi, sedikit-sedikit saya mimpi. Lalu mimpi itu seakan-akan hujjah, Al Qur'an, sunnah. Belum lagi disertai dengan kejahilan-kejahilan.
Semangat mereka berdakwah bagus, semangat berdakwah bagus, semangat dalam menjalankan kebaikan bagus, masya Allah. Akan tetapi rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam mengatakan kepada Abu Bakrah:
"Telah menceritakan kepada kami Muusaa bin Ismaa’iil, ia berkata : Telah menceritakan kepada kami Hammaam, dari Al-A’lam, yaitu Ziyaad, dari Al-Hasan, dari Abu Bakrah : Bahwasannya ia datang kepada Nabi shallallaahu ‘alaihi wa sallam yang waktu itu beliau dalam keadaan rukuk. Maka Abu Bakrah rukuk sebelum sampai pada shaff. Disebutkanlah hal itu kepada Nabi shallallaahu ‘alaihi wa sallam, lalu beliau bersabda : “Semoga Allah menambahkan semangatmu, akan tetapi jangan engkau ulangi” (Diriwayatkan oleh Al-Bukhaariy no. 783).
Ketika Abu Bakrah semangat untuk mendapati jama'ah bersama rasul shallallahu 'alaihi wasaallam, sampai beliau tergopoh-gopoh. Yakni bersegera, bercepat-cepat untuk mendatangi jama'ah karena beliau terlambat. Selesai shalat, kata nabi shallallahu 'alaihi wasallam:
Semoga Allah menambahkan semangatmu, akan tetapi kesalahan jangan engkau ulangi.
Semangat dalam berdakwah bagus, tapi berdakwah tanpa ilmu jangan kamu lakukan. Berdakwah tanpa disertai dengan ilmu jangan kamu lakukan.
Katakanlah: "Inilah jalan (agama)ku, aku dan orang-orang yang mengikutiku mengajak (kamu) kepada Allah dengan hujjah yang nyata, Maha Suci Allah, dan aku tiada termasuk orang-orang yang musyrik". (QS Yûsuf 108)
Maka dakwah harus dibarengi dengan ilmu. Tidak cukup dengan mimpi, dengan perasaan, tidak cukup dengan hadits-hadits yang dha'if. Dengan alasan untuk mentarghib, mendorong manusia untuk melakukan kebaikan. Dengan cara-cara bid'ah yang sama sekali tidak pernah dicontohkan oleh rasul shallallahu 'alaihi wa'alaalihi wasallam. Pembatasan 4 bulan, 40 hari, lalu itu dinamakan fisabilillah. Yang itu yang dinamakan fisabilillah. Adapun yang lainnya tidak dianggap, tidak dianggap sebagai ibadah fisabilillah. Tidak dianggap sebagai khuruj fisabilillah. Sementara manfaat yang mereka berikan kepada ummat ini, semakin ummat ini terjatuh ke dalam kejahilan. Kalaulah sekadar mengajak, selesai, itu mending. Mengajak lalu mengarahkan untuk mendatangi majalisul ulama, majelis-majelis para ulama. Adapun mengajak lalu kemudian diajak lagi agar masuk kelompoknya, lalu kemudian diajak khuruj bareng. Mengajak manusia kepada kesesatan.
Jadi ma'asyaral ikhwah rahimakumullah, mereka sangat jauh dari ilmu. Mereka sangat jauh dari ilmu. Bagi mereka, mempelajari ilmu itu, bermasalah. Mereka hanya menginginkan ilmu fadha'il, bukan ilmu masa'il. Ilmu fadha'il, tentang fadhilah-fadhilah, fadhilah ini, fadhilah itu. Kalau ilmu masa'il, kata mereka memecah belah ummat. Satu hal yang tidak boleh disentuh sama sekali. Masalah khilafiyah, ini tidak boleh disentuh sama sekali. Itu sudah menjadi undang-undang, prinsip jama'ah tabligh. Tanyakan kepada seluruh jama'ah tabligh, empat perkara yang tidak boleh disentuh sama sekali, di seluruh dunia ini, semuanya sama. Salah satunya tidak boleh membahas masalah khilafiyah. Tidak boleh membahas masalah khilafiyah. Ada seorang datang ke kuburan, meminta "wahai syaikh fulan, wahai syaikh fulan", ini masalah apa? Mereka tidak boleh membahas. Karena kalau membahas masalah yang seperti ini, meskipun itu menyangkut prinsip islam, tauhid. Memecah belah ummat, itu yang mereka hindari.
Makanya kalau ingin semua terkumpul, dengan berbagai keyakinan, yakni jama'ah tabligh. Terkumpul semuanya, ya syi'ahnya juga ada disitu, mu'tazilahnya juga ada disitu, sufinya juga ada disitu, tergabung. Karena mereka tidak bisa membahas hal-hal yang menurut mereka itu masalah khilafiyah. Tidak boleh disentuh sama sekali. Memecah belah, jadi yang dibahas ya yang baik-baik saja sudah. Jadi membikin orang betul-betul tablid, membikin orang balid, balid itu bodoh. Semakin orang jauh dari ilmu. Jadi ma'asyaral ikhwah rahimakumullah, tidak ada manfaatnya, tidak ada manfaatnya.
Pernah ada sekelompok datang ke rumah, sore hari, itu kelihatannya lagi jaula. Diantara amalan jaula itu ada orang-orang yang memang perlu dikhususi menurut mereka, dikhususi itu, orang-orang khusus yang didatangi untuk didakwahi secara khusus. Ada yang datang, ternyata mereka membawa seorang dari Riyadh, orang Saudi datang. Masuk pondok, masuk rumah, terus cerita, ya biasa, karena kita sudah tahu juga. Ini seperti ini statusnya, ini yang berbicara, ini yang diam, ini yang dzikir, itu sudah ma'ruf sudah. Itu sudah kaidah yang tidak bisa berubah pada jama'ah tabligh. Ini mutakallim, ini yang lagi berbicara ini mutakallimnya, yang lain itu diam semua. Memang seperti itu peraturannya. Jadi, ketika dia cerita, intinya mengajak, bahwa jama'ah tabligh itu begini begini. Ana bilang, jama'ah tabligh itu berbeda, dari satu daerah, dari satu negeri ke negeri yang lain. Kalau jama'ah tabligh di Saudi itu jauh lebih mending. Jama'ah tabligh yang ada di Arab Saudi, lebih mending. Tapi prinsip itu tetap sama, tidak boleh membahas hal-hal yang bagi mereka membikin perpecahan, membikin masalah.
Tapi belajar tetap belajar, mungkin saja mereka belajar ushul tsalatsah, belajar. Tapi untuk dibahas dalam jama'ah tabligh, tidak sama sekali. Walhasil, ana cerita bahwa yang paling bermasalah dari tabligh ini adalah kebodohan. Sekian tahun ana bersama kalian, ana tidak pernah mendapatkan ilmu, tidak pernah mendapatkan ilmu. Mendapatkan sunnah rasul shallallahu 'alaihi wasallam yang dibangun diatas ilmu, bahwa ini dalilnya demikian, ini dalilnya demikian. Tdak ada ana dapatkan. Lalu dia memuji-memuji ma'had, melihat, masya Allah, disini saya melihat wanita mutahajjibat, berhijab. "Ini atsar dari dakwah, tidak perlu khuruj" ana bilang. "Ini tidak perlu khuruj, melalui para ulama, mereka tinggal di kantor-kantor mereka, mereka menulis. Tinggal di kamar mereka, mereka menulis. Ilmunya sampai ke kita, kita membacanya, kita mengamalkannya, itulah khuruj yang sebenarnya", ana bilang. Khuruj syar'i, inilah khuruj yang semestinya. Khurujnya para ulama salaf. Bukan berjalan dari satu tempat ke tempat yang lain, lalu yang dibawa orang-orang yang tidak punya ilmu.
Coba antum sampaikan dakwah tauhid di tengah-tengah mereka. "Iya, ana juga belajar ke Syaikh Shalih Al Fauzan", dia sebut. Syaikh Shalih Al Fauzan karena dia tahu kita salafy, jadi dia sebut Syaikh Shalih Al Fauzan. "O, bagus", ana bilang "Syaikh Shalih Al Fauzan, antum belajar?" "Iya, ana belajar al ushul tsalatsah, ana belajar al aqidah al washitiyah". "O, bagus", ana bilang. "Tinggal antum ajarkan saja sudah, ajarkan ke mereka. Cari waktu, ketika antum khuruj, jam 7 sampai jam 9 misalnya, belajar al ushul tsalatsah. Dari jam 11 sampai dzuhur, sambung lagi sampai selesai. Itu namanya ilmu", ana bilang. Itu khuruj yang bagus, nah ini. Antum harus sampaikan, dan ana yakin antum tidak berani. Ana yakin antum tidak berani. Karena tidak ada. Karena membahas itu di tengah-tengah jama'ah tabligh, bagi mereka mufariqqun bil ummat. Memecah belah ummat. Itu masalahnya. Membahas ushul tsalatsah, apalagi kalau dibahas bersama orang-orang yang datang dari India, Pakistan, Bangladesh, "wah ini wahabi ini orang, wahabi".
Jadi ma'asyaral ikhwah rahimakumullah, intinya bahwa tidak ada manfaat. Tidak ada manfaat khuruj, bersama dengan mereka. Hadir di majelis ilmu, wallahi, itu lebih barakah.
Download Audio disini
Tanya:
Tolong jelaskan tentang kesesatan Jama'ah Tabligh. Bolehkah khuruj bersama mereka?
Jawab:
Oleh Ustadz Askari hafizhahulloh
Ini pembahasan klasik, yakni perlu daurah sendiri. Masalah jama'ah tabligh, intinya bahwa jama'ah tabligh sufiyah, pada asalnya sufiyah. Yang tergabung padanya empat thariqat, naqsyabandiyah, suhrawardiyah, al justiyah, terus apa satu lagi, empat thariqat sufiyah tergabung di situ. Jadi asalnya memang sudah thariqat, oleh karena itu, tampak sekali dari amalan-amalan yang jauh dari bimbingan rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam. Sering berdalil dengan mimpi-mimpi, sedikit-sedikit saya mimpi, sedikit-sedikit saya mimpi. Lalu mimpi itu seakan-akan hujjah, Al Qur'an, sunnah. Belum lagi disertai dengan kejahilan-kejahilan.
Semangat mereka berdakwah bagus, semangat berdakwah bagus, semangat dalam menjalankan kebaikan bagus, masya Allah. Akan tetapi rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam mengatakan kepada Abu Bakrah:
حَدَّثَنَا مُوسَى بْنُ إِسْمَاعِيلَ، قَالَ: حَدَّثَنَا هَمَّامٌ، عَنْ الْأَعْلَمِ وَهُوَ زِيَادٌ، عَنْ الْحَسَنِ، عَنْ أَبِي بَكْرَةَ، أَنَّهُ انْتَهَى إِلَى النَّبِيِّ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ وَهُوَ رَاكِعٌ، فَرَكَعَ قَبْلَ أَنْ يَصِلَ إِلَى الصَّفِّ، فَذَكَرَ ذَلِكَ لِلنَّبِيِّ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ فَقَالَ: " زَادَكَ اللَّهُ حِرْصًا وَلَا تَعُدْ
"Telah menceritakan kepada kami Muusaa bin Ismaa’iil, ia berkata : Telah menceritakan kepada kami Hammaam, dari Al-A’lam, yaitu Ziyaad, dari Al-Hasan, dari Abu Bakrah : Bahwasannya ia datang kepada Nabi shallallaahu ‘alaihi wa sallam yang waktu itu beliau dalam keadaan rukuk. Maka Abu Bakrah rukuk sebelum sampai pada shaff. Disebutkanlah hal itu kepada Nabi shallallaahu ‘alaihi wa sallam, lalu beliau bersabda : “Semoga Allah menambahkan semangatmu, akan tetapi jangan engkau ulangi” (Diriwayatkan oleh Al-Bukhaariy no. 783).
Ketika Abu Bakrah semangat untuk mendapati jama'ah bersama rasul shallallahu 'alaihi wasaallam, sampai beliau tergopoh-gopoh. Yakni bersegera, bercepat-cepat untuk mendatangi jama'ah karena beliau terlambat. Selesai shalat, kata nabi shallallahu 'alaihi wasallam:
زَادَكَ اللَّهُ حِرْصًا وَلَا تَعُدْ
Semoga Allah menambahkan semangatmu, akan tetapi kesalahan jangan engkau ulangi.
Semangat dalam berdakwah bagus, tapi berdakwah tanpa ilmu jangan kamu lakukan. Berdakwah tanpa disertai dengan ilmu jangan kamu lakukan.
قُلْ هَٰذِهِ سَبِيلِي أَدْعُو إِلَى اللَّهِ ۚ عَلَىٰ بَصِيرَةٍ أَنَا وَمَنِ اتَّبَعَنِي ۖ وَسُبْحَانَ اللَّهِ وَمَا أَنَا مِنَ الْمُشْرِكِينَ
Katakanlah: "Inilah jalan (agama)ku, aku dan orang-orang yang mengikutiku mengajak (kamu) kepada Allah dengan hujjah yang nyata, Maha Suci Allah, dan aku tiada termasuk orang-orang yang musyrik". (QS Yûsuf 108)
Maka dakwah harus dibarengi dengan ilmu. Tidak cukup dengan mimpi, dengan perasaan, tidak cukup dengan hadits-hadits yang dha'if. Dengan alasan untuk mentarghib, mendorong manusia untuk melakukan kebaikan. Dengan cara-cara bid'ah yang sama sekali tidak pernah dicontohkan oleh rasul shallallahu 'alaihi wa'alaalihi wasallam. Pembatasan 4 bulan, 40 hari, lalu itu dinamakan fisabilillah. Yang itu yang dinamakan fisabilillah. Adapun yang lainnya tidak dianggap, tidak dianggap sebagai ibadah fisabilillah. Tidak dianggap sebagai khuruj fisabilillah. Sementara manfaat yang mereka berikan kepada ummat ini, semakin ummat ini terjatuh ke dalam kejahilan. Kalaulah sekadar mengajak, selesai, itu mending. Mengajak lalu mengarahkan untuk mendatangi majalisul ulama, majelis-majelis para ulama. Adapun mengajak lalu kemudian diajak lagi agar masuk kelompoknya, lalu kemudian diajak khuruj bareng. Mengajak manusia kepada kesesatan.
Jadi ma'asyaral ikhwah rahimakumullah, mereka sangat jauh dari ilmu. Mereka sangat jauh dari ilmu. Bagi mereka, mempelajari ilmu itu, bermasalah. Mereka hanya menginginkan ilmu fadha'il, bukan ilmu masa'il. Ilmu fadha'il, tentang fadhilah-fadhilah, fadhilah ini, fadhilah itu. Kalau ilmu masa'il, kata mereka memecah belah ummat. Satu hal yang tidak boleh disentuh sama sekali. Masalah khilafiyah, ini tidak boleh disentuh sama sekali. Itu sudah menjadi undang-undang, prinsip jama'ah tabligh. Tanyakan kepada seluruh jama'ah tabligh, empat perkara yang tidak boleh disentuh sama sekali, di seluruh dunia ini, semuanya sama. Salah satunya tidak boleh membahas masalah khilafiyah. Tidak boleh membahas masalah khilafiyah. Ada seorang datang ke kuburan, meminta "wahai syaikh fulan, wahai syaikh fulan", ini masalah apa? Mereka tidak boleh membahas. Karena kalau membahas masalah yang seperti ini, meskipun itu menyangkut prinsip islam, tauhid. Memecah belah ummat, itu yang mereka hindari.
Makanya kalau ingin semua terkumpul, dengan berbagai keyakinan, yakni jama'ah tabligh. Terkumpul semuanya, ya syi'ahnya juga ada disitu, mu'tazilahnya juga ada disitu, sufinya juga ada disitu, tergabung. Karena mereka tidak bisa membahas hal-hal yang menurut mereka itu masalah khilafiyah. Tidak boleh disentuh sama sekali. Memecah belah, jadi yang dibahas ya yang baik-baik saja sudah. Jadi membikin orang betul-betul tablid, membikin orang balid, balid itu bodoh. Semakin orang jauh dari ilmu. Jadi ma'asyaral ikhwah rahimakumullah, tidak ada manfaatnya, tidak ada manfaatnya.
Pernah ada sekelompok datang ke rumah, sore hari, itu kelihatannya lagi jaula. Diantara amalan jaula itu ada orang-orang yang memang perlu dikhususi menurut mereka, dikhususi itu, orang-orang khusus yang didatangi untuk didakwahi secara khusus. Ada yang datang, ternyata mereka membawa seorang dari Riyadh, orang Saudi datang. Masuk pondok, masuk rumah, terus cerita, ya biasa, karena kita sudah tahu juga. Ini seperti ini statusnya, ini yang berbicara, ini yang diam, ini yang dzikir, itu sudah ma'ruf sudah. Itu sudah kaidah yang tidak bisa berubah pada jama'ah tabligh. Ini mutakallim, ini yang lagi berbicara ini mutakallimnya, yang lain itu diam semua. Memang seperti itu peraturannya. Jadi, ketika dia cerita, intinya mengajak, bahwa jama'ah tabligh itu begini begini. Ana bilang, jama'ah tabligh itu berbeda, dari satu daerah, dari satu negeri ke negeri yang lain. Kalau jama'ah tabligh di Saudi itu jauh lebih mending. Jama'ah tabligh yang ada di Arab Saudi, lebih mending. Tapi prinsip itu tetap sama, tidak boleh membahas hal-hal yang bagi mereka membikin perpecahan, membikin masalah.
Tapi belajar tetap belajar, mungkin saja mereka belajar ushul tsalatsah, belajar. Tapi untuk dibahas dalam jama'ah tabligh, tidak sama sekali. Walhasil, ana cerita bahwa yang paling bermasalah dari tabligh ini adalah kebodohan. Sekian tahun ana bersama kalian, ana tidak pernah mendapatkan ilmu, tidak pernah mendapatkan ilmu. Mendapatkan sunnah rasul shallallahu 'alaihi wasallam yang dibangun diatas ilmu, bahwa ini dalilnya demikian, ini dalilnya demikian. Tdak ada ana dapatkan. Lalu dia memuji-memuji ma'had, melihat, masya Allah, disini saya melihat wanita mutahajjibat, berhijab. "Ini atsar dari dakwah, tidak perlu khuruj" ana bilang. "Ini tidak perlu khuruj, melalui para ulama, mereka tinggal di kantor-kantor mereka, mereka menulis. Tinggal di kamar mereka, mereka menulis. Ilmunya sampai ke kita, kita membacanya, kita mengamalkannya, itulah khuruj yang sebenarnya", ana bilang. Khuruj syar'i, inilah khuruj yang semestinya. Khurujnya para ulama salaf. Bukan berjalan dari satu tempat ke tempat yang lain, lalu yang dibawa orang-orang yang tidak punya ilmu.
Coba antum sampaikan dakwah tauhid di tengah-tengah mereka. "Iya, ana juga belajar ke Syaikh Shalih Al Fauzan", dia sebut. Syaikh Shalih Al Fauzan karena dia tahu kita salafy, jadi dia sebut Syaikh Shalih Al Fauzan. "O, bagus", ana bilang "Syaikh Shalih Al Fauzan, antum belajar?" "Iya, ana belajar al ushul tsalatsah, ana belajar al aqidah al washitiyah". "O, bagus", ana bilang. "Tinggal antum ajarkan saja sudah, ajarkan ke mereka. Cari waktu, ketika antum khuruj, jam 7 sampai jam 9 misalnya, belajar al ushul tsalatsah. Dari jam 11 sampai dzuhur, sambung lagi sampai selesai. Itu namanya ilmu", ana bilang. Itu khuruj yang bagus, nah ini. Antum harus sampaikan, dan ana yakin antum tidak berani. Ana yakin antum tidak berani. Karena tidak ada. Karena membahas itu di tengah-tengah jama'ah tabligh, bagi mereka mufariqqun bil ummat. Memecah belah ummat. Itu masalahnya. Membahas ushul tsalatsah, apalagi kalau dibahas bersama orang-orang yang datang dari India, Pakistan, Bangladesh, "wah ini wahabi ini orang, wahabi".
Jadi ma'asyaral ikhwah rahimakumullah, intinya bahwa tidak ada manfaat. Tidak ada manfaat khuruj, bersama dengan mereka. Hadir di majelis ilmu, wallahi, itu lebih barakah.
Download Audio disini