Bagaimana upaya dan cara untuk menghilangkan sifat ta'ashub
Tanya:
Bagaimana upaya dan cara untuk menghilangkan sifat ta'ashub khususnya dari kalangan thullab? Apakah sifat ta'ashub ini juga termasuk penghalang dalam tholabul 'ilm?
Jawab:
Oleh Al Ustadz Abu Karimah Askari hafizhahullah
Diantara salah satu cara untuk menghilangkan sikap fanatik adalah tholabul 'ilm, menuntut ilmu dengan penuh keikhlasan. Dan tujuannya menuntut ilmu adalah ittiba'ul haq, mengikuti al haq. Apabila dia mengenal qawaid, semakin banyak dia mengenal qawaid di dalam islam, kaidah-kaidah. Seperti kaidah-kaidah dalam aqidah, kaidah-kaidah dalam manhaj, maka dia akan semakin kokoh dalam mengikuti al haq.
Apa yang kita pelajari pada malam hari ini, ini termasuk dalam kaidah yang kita sebutkan. Bahwa seorang mujtahid bagaimanapun tingginya kedudukannya dan kemuliaannya, dia kadang-kadang keliru. Maka kekeliruan seorang mujtahid, tidak boleh diikuti oleh yang lainnya. Mujtahid keliru, dia dapat pahala. Namun yang lainnya, apabila dia fanatik, pokoknya apa kata fulan, sudah diikuti. Maka ini ittiba'ul hawa, ini fanatisme yang harus ditinggalkan.
Seorang melihat berdasarkan qawaid, berdasarkan qawaid. Ketika dia belajar al jarh wa ta'dil misalnya, dia mengetahui kalau dia semakin banyak mempelajari al jarh wa ta'dil, kaidah-kaidah al jarh wa ta'dil, maka semakin mudah pula bagi dia untuk menyimpulkan sesuatu. Ketika dia mempelajari qawaid-qawaid dalam perkara manhaj, maka semakin memudahkan bagi dia untuk berjalan di atas manhaj yang shahih. Dengan cara dia mempelajarinya dengan ikhlas, mengharapkah ridha Allah Subhanahu Wa Ta'ala, bukan untuk mengharapkan dunia, bukan untuk mencari popularitas. Allah Azza Wa Jalla berfirman:
Wallahu a'lam
Download Audio disini
Bagaimana upaya dan cara untuk menghilangkan sifat ta'ashub khususnya dari kalangan thullab? Apakah sifat ta'ashub ini juga termasuk penghalang dalam tholabul 'ilm?
Jawab:
Oleh Al Ustadz Abu Karimah Askari hafizhahullah
Diantara salah satu cara untuk menghilangkan sikap fanatik adalah tholabul 'ilm, menuntut ilmu dengan penuh keikhlasan. Dan tujuannya menuntut ilmu adalah ittiba'ul haq, mengikuti al haq. Apabila dia mengenal qawaid, semakin banyak dia mengenal qawaid di dalam islam, kaidah-kaidah. Seperti kaidah-kaidah dalam aqidah, kaidah-kaidah dalam manhaj, maka dia akan semakin kokoh dalam mengikuti al haq.
Apa yang kita pelajari pada malam hari ini, ini termasuk dalam kaidah yang kita sebutkan. Bahwa seorang mujtahid bagaimanapun tingginya kedudukannya dan kemuliaannya, dia kadang-kadang keliru. Maka kekeliruan seorang mujtahid, tidak boleh diikuti oleh yang lainnya. Mujtahid keliru, dia dapat pahala. Namun yang lainnya, apabila dia fanatik, pokoknya apa kata fulan, sudah diikuti. Maka ini ittiba'ul hawa, ini fanatisme yang harus ditinggalkan.
Seorang melihat berdasarkan qawaid, berdasarkan qawaid. Ketika dia belajar al jarh wa ta'dil misalnya, dia mengetahui kalau dia semakin banyak mempelajari al jarh wa ta'dil, kaidah-kaidah al jarh wa ta'dil, maka semakin mudah pula bagi dia untuk menyimpulkan sesuatu. Ketika dia mempelajari qawaid-qawaid dalam perkara manhaj, maka semakin memudahkan bagi dia untuk berjalan di atas manhaj yang shahih. Dengan cara dia mempelajarinya dengan ikhlas, mengharapkah ridha Allah Subhanahu Wa Ta'ala, bukan untuk mengharapkan dunia, bukan untuk mencari popularitas. Allah Azza Wa Jalla berfirman:
وَالَّذِينَ جَاهَدُوا فِينَا لَنَهْدِيَنَّهُمْ سُبُلَنَا
Orang yang bersungguh-sungguh di jalan kami, pasti kami akan membimbingnya pada jalan-jalan kami (QS Al-Ankabut: 69)Wallahu a'lam
Download Audio disini