Saya masih bingung mengapa TV Rodja dikatakan menyimpang padahal disana dikaji kitab para ulama
Tanya:
Bolehkah menyekolahkan anak di SDIT punya sururi, karena pondok salafy sudah penuh dan tidak menerima santri/siswa baru. Saya masih bingung, kenapa TV Rodja dikatakan sesat dan menyimpang, padahal disana disiarkan dan dikaji kitab ulama yang dikaji pula di pondok salafy?
Jawab:
Oleh Al Ustadz Abu Karimah Askari hafizhahullah
Ini hadir atau tidak kemarin ya? Seharian daurah, semuanya pembahasan tentang seputar masalah ini. Dan daurah-daurah sebelumnya, banyak sekali tentang hal ini. Yang jadi masalah, ketika seorang kurang bisa memahami. Apalagi ketika membahas tentang permasalahan manhaj, dan tidak mengerti tentang bagaimana para ulama bersikap terhadap orang-orang yang menyeru kepada hawa nafsu. Jadi permasalahannya bukan masalah kitab yang dikaji. Bukan itu letak permasalahannya. Kitab yang dikaji bisa sama.
Saya dulu ketika di fathul mu'in, sekarang bernama WI (Wahdah Islamiyah) yang berpusat di Makassar. Yang dikaji, kitab al ushul ats tsalatsah. Siapa yang meragukan kitab al ushul ats tsalatsah? Saya kira tidak ada yang meragukan. Itu dikaji! Tapi karena memang dasar pemikiran orang yang menerangkan, orang yang mensyarah ini memiliki pemikiran-pemikiran ikhwanul muslimin, ya syarahnya diarahkan sesuai dengan apa yang dia inginkan. Barakallahufiikum, itu yang menjadi masalah.
Ketika disebut dalam syarah al ushul ats tsalatsah, karya Abdurrahman bin Al Qasim rahimahullah, itu masuk pada pembahasan tentang ما لا يتم الواجب إلا به فهو واجب apa yang tidak sempurna sebuah kewajiban kecuali dengan melakukan sesuatu itu, maka sesuatu itu menjadi wajib. Itu kaidah ini, langsung diarahkan kepada pembahasan masalah khilafah, masalah pemberontakan yang dibangun diatas pemahaman khawarij. Ini yang jadi masalah. Coba lihat kaum khawarij ini, kurang apa mereka dalam mempelajari tauhid? Mereka belajar kitab tauhid karya Muhammad bin Abdul Wahhab rahimahullah, mereka belajar kasyfu syubhat, mereka belajar nawaqidul islam (pembatal-pembatal keislaman).
Tapi karena memang dasar pemikiran dari guru-guru mereka tersebut, dibangun diatas pemahaman khawarij. Maka apa yang diajarkan diarahkan kepada pemahamannya, khawarij. Kitabnya sama, sama kitabnya. Jadi ma'asyaral ikhwah rahimakumullah, yang menjadi permasalahnnya adalah tokoh-tokoh mereka, yang dielu-elukan oleh mereka, yang dianggap sebagai masyaikh mereka, itu yang jadi masalah. Para pembela ahlul bid'ah, tokoh-tokoh ahlul hawa. Contoh saja, karena pembahasan cukup panjang kalau diulangi lagi. Ya diputar lagi kaset-kaset daurah. Contoh saja, Firanda, siapa yang tidak kenal Firanda? Orang kalau penggemar TV Rodja, tau siapa itu Firanda? Orang ini, pembela getol ihya'ut turots.
Sebenarnya pembahasan tentang ihya'ut thurots itu sudah lama bertahun-tahun lamanya. Penjelasan tentang kesesatannya, penjelasan tentang penyimpangannya, dari masa-masa ketika para ulama semacam Asy Syaikh Al Albani rahimahullahu ta'ala masih hidup. Dan ketika beliau mengomentari ihya'ut thurots, Asy Syaikh Al Albani mengatakan: "Saya memandang bahwa mereka ini sudah beralih, tidak lagi memperhatikan masalah tashfiyah wa tarbiyah". Yang menjadi inti dari manhaj salafy. At tashfiyah wa tarbiyah, membersihkan berbagai macam noda kesyirikan, kebidahan dari kaum muslimin. Lalu kemudian mendidik mereka diatas tauhid, diatas sunnah. Kata Asy Syaikh Al Albani rahimahullah, mereka sudah beralih dari manhaj tashfiyah wa tarbiyah menuju kepada politik.
Yang diistilahkan oleh Asy Syaikh Muqbil rahimahullahu ta'ala, salafy demokrasi. Mau jadi salafy, tapi arahnya ke demokrasi, salafsi. Siapa muftinya? Abdurrahman Abdul Khaliq. Abdurrahman Abdul Khaliq, para ulama telah menulis banyak kitab, yang menerangkan tentang kesesatan orang ini. Dia mencela para ulama, bahkan guru-gurunya sendiri yang mengajari dia ketika di al jami'ah al islamiyyah dicela habis. Dianggap para ulama itu tidak mengerti fiqhul waqi'. Maksudnya fiqhul waqi' itu, tidak mengerti fiqh kekinian. Tahunya mereka itu hanya baca kitab saja, tapi untuk menerapkan apa yang mereka baca dengan kondisi yang ada sekarang, para ulama tidak bisa.
Dia memuji gurunya, ahli tafsir Muhammad Al Amin Asy Syinqithi rahimahullah, penulis kitab adhwa' al bayan. Dia memuji-muji, luar biasa kalau dia menafsirkan, ketika dia menerangkan satu ayat, diterangkan dari seluruh sisinya, dari sisi bahasanya, dari sisi penjelasan-penjelasannya. Tapi ilmunya belum diupdate, ilmunya masih masa lalu, belum bisa diterapkan untuk masa sekarang. Dihinakan, direndahkan para ulama, yang itu notabene adalah gurunya sendiri, dianggap tidak mengerti fiqhul waqi'. Dan itu manhaj ikhwanul muslimin.
Dan sayangnya itu diakui oleh Firanda dalam bukunya ketika menjelaskan tentang fiqhul waqi'. Maka dia sempat mengatakan, bahwa orang yang berpemahaman fiqhul waqi' ini adalah orang-orang yang kita kenal mereka dari kalangan hizbiyyun, dari pemahaman ikhwanul muslimin. Tapi tidak sadar, kalau sebenarnya dia sedang membantah dirinya. Abdurrahman Abdul Khaliq salah seorang diantara yang berpemahaman fiqhul waqi' ini, yang mencela para ulama. Dan ajaran ini berasal dari Sayyid Qutb, ajaran fiqhul waqi'. Menuduh para ulama tidak mengerti tentang realita yang ada yang sedang dialami oleh kaum muslimin. Ini dari Sayyid Qutb, dan ini menjadi pemahaman Abdurrahman Abdul Khaliq yang menjadi mufti dari ihya'ut thurots.
Ini salah satu contoh saja, belum kita bahas yang lainnya. Siapa itu Abul Hasan Al Maghribi? Siapa itu Ali Hasan Al Halabi? Sering mereka undang tokoh-tokohnya. Belum lagi diantara mereka pengagum Muhammad Al Arifi, seorang tokoh sesat dari Riyadh. Walhasil ma'asyaral ikhwah rahimakumullah, ini sudah dibahas. Para ulama telah berbicara tentang perkara ini, dan sudah kita bahas dalam sekian banyak kajian dan daurah. Namun kadang-kadang mungkin sebagian ikhwan belum memahami, atau mungkin tidak sempat hadir, atau mungkin belum memahami. Selama ini dia ngaji, tahunya dari Rodja. Kemudian ketika dia mengenal al manhaj salafy, dia masih bingung, bagaimana cara membedakan?
Namun seorang menyibukkan diri dengan ilmu. Apabila seorang mengikuti jenjang tingkatan ilmu, insya Allahu Ta'ala sedikit demi sedikit dia akan paham. Namun yang terpenting, bahwa diantara ushul al manhaj as salafy, mereka senantiasa menghubungkan ilmu mereka dengan ilmunya para ulama. Mendengarkan bimbingan dan nasehat dari para ulama, dalam setiap masa. Itulah yang menyebabkan ahlussunnah salafiyun mereka walhamdulillah selamat dari berbagai macam fitnah di setiap zaman. Sehingga ketika terjadi permasalahan, maka mereka senantiasa terhubung dengan para ulama.
Para ulama yang menyampaikan nasehat, memberi nasehat untuk berhati-hati dari hizbiyyah, berhati-hati dari penyimpangan fulan dan alan. Namun ketika seorang tidak memahami hal ini, kadang-kadang dia kaget. Diterangkan oleh Asy Syaikh Usamah bin Su'ud Al 'Amri hafizhahullahu ta'ala bahwa kadang-kadang seorang ketika mendengarkan para ulama mentahdzir seseorang misalnya, dia kaget.
"Koq kenapa si fulan ditahdzir? Koq si fulan dikatakan sesat, kenapa ya?"
Antum ini dimana selama ini? Tidur? Kalau seorang tidur, baru bangun, wajar berarti belum mengetahui hakekatnya. Tapi kalau selama ini tidur, dan baru bangun ketika itu, jangan langsung mencak-mencak begitu, jangan langsung marah-marah.
"Kenapa fulan ditahdzir? Kenapa fulan dikatakan sesat?"
Jangan! Teliti dulu! Namanya orang baru bangun kan jangan tergesa-gesa. Yang lain sudah membahas, yang lain mereka senantiasa terhubung dengan para ulama. Mengetahui kondisi orang-orang yang terfirnah. Dia mungkin berjalan dengan dunianya, sibuk dengan bisnisnya. Ketika salah seorang ustadznya ditahdzir, kaget.
"Lho, koq ustadz fulan ditahdzir?"
Lha kamu selama ini dimana? Kalau sibuk bisnis, sibuk jualan, jangan tergesa-gesa. Ini perkataan para ulama, bukan hal yang ringan. Para ulama itu, ketika mereka membahas, ketika mereka menjarh, mereka menjarh diatas ilmu, mereka menjarh diatas hujjah. Maka jangan tergesa-gesa mengingkari tahdzir yang datang dari para ulama disebabkan karena kejahilan kita, barakallahufiik.
Download Audio disini
Bolehkah menyekolahkan anak di SDIT punya sururi, karena pondok salafy sudah penuh dan tidak menerima santri/siswa baru. Saya masih bingung, kenapa TV Rodja dikatakan sesat dan menyimpang, padahal disana disiarkan dan dikaji kitab ulama yang dikaji pula di pondok salafy?
Jawab:
Oleh Al Ustadz Abu Karimah Askari hafizhahullah
Ini hadir atau tidak kemarin ya? Seharian daurah, semuanya pembahasan tentang seputar masalah ini. Dan daurah-daurah sebelumnya, banyak sekali tentang hal ini. Yang jadi masalah, ketika seorang kurang bisa memahami. Apalagi ketika membahas tentang permasalahan manhaj, dan tidak mengerti tentang bagaimana para ulama bersikap terhadap orang-orang yang menyeru kepada hawa nafsu. Jadi permasalahannya bukan masalah kitab yang dikaji. Bukan itu letak permasalahannya. Kitab yang dikaji bisa sama.
Saya dulu ketika di fathul mu'in, sekarang bernama WI (Wahdah Islamiyah) yang berpusat di Makassar. Yang dikaji, kitab al ushul ats tsalatsah. Siapa yang meragukan kitab al ushul ats tsalatsah? Saya kira tidak ada yang meragukan. Itu dikaji! Tapi karena memang dasar pemikiran orang yang menerangkan, orang yang mensyarah ini memiliki pemikiran-pemikiran ikhwanul muslimin, ya syarahnya diarahkan sesuai dengan apa yang dia inginkan. Barakallahufiikum, itu yang menjadi masalah.
Ketika disebut dalam syarah al ushul ats tsalatsah, karya Abdurrahman bin Al Qasim rahimahullah, itu masuk pada pembahasan tentang ما لا يتم الواجب إلا به فهو واجب apa yang tidak sempurna sebuah kewajiban kecuali dengan melakukan sesuatu itu, maka sesuatu itu menjadi wajib. Itu kaidah ini, langsung diarahkan kepada pembahasan masalah khilafah, masalah pemberontakan yang dibangun diatas pemahaman khawarij. Ini yang jadi masalah. Coba lihat kaum khawarij ini, kurang apa mereka dalam mempelajari tauhid? Mereka belajar kitab tauhid karya Muhammad bin Abdul Wahhab rahimahullah, mereka belajar kasyfu syubhat, mereka belajar nawaqidul islam (pembatal-pembatal keislaman).
Tapi karena memang dasar pemikiran dari guru-guru mereka tersebut, dibangun diatas pemahaman khawarij. Maka apa yang diajarkan diarahkan kepada pemahamannya, khawarij. Kitabnya sama, sama kitabnya. Jadi ma'asyaral ikhwah rahimakumullah, yang menjadi permasalahnnya adalah tokoh-tokoh mereka, yang dielu-elukan oleh mereka, yang dianggap sebagai masyaikh mereka, itu yang jadi masalah. Para pembela ahlul bid'ah, tokoh-tokoh ahlul hawa. Contoh saja, karena pembahasan cukup panjang kalau diulangi lagi. Ya diputar lagi kaset-kaset daurah. Contoh saja, Firanda, siapa yang tidak kenal Firanda? Orang kalau penggemar TV Rodja, tau siapa itu Firanda? Orang ini, pembela getol ihya'ut turots.
Sebenarnya pembahasan tentang ihya'ut thurots itu sudah lama bertahun-tahun lamanya. Penjelasan tentang kesesatannya, penjelasan tentang penyimpangannya, dari masa-masa ketika para ulama semacam Asy Syaikh Al Albani rahimahullahu ta'ala masih hidup. Dan ketika beliau mengomentari ihya'ut thurots, Asy Syaikh Al Albani mengatakan: "Saya memandang bahwa mereka ini sudah beralih, tidak lagi memperhatikan masalah tashfiyah wa tarbiyah". Yang menjadi inti dari manhaj salafy. At tashfiyah wa tarbiyah, membersihkan berbagai macam noda kesyirikan, kebidahan dari kaum muslimin. Lalu kemudian mendidik mereka diatas tauhid, diatas sunnah. Kata Asy Syaikh Al Albani rahimahullah, mereka sudah beralih dari manhaj tashfiyah wa tarbiyah menuju kepada politik.
Yang diistilahkan oleh Asy Syaikh Muqbil rahimahullahu ta'ala, salafy demokrasi. Mau jadi salafy, tapi arahnya ke demokrasi, salafsi. Siapa muftinya? Abdurrahman Abdul Khaliq. Abdurrahman Abdul Khaliq, para ulama telah menulis banyak kitab, yang menerangkan tentang kesesatan orang ini. Dia mencela para ulama, bahkan guru-gurunya sendiri yang mengajari dia ketika di al jami'ah al islamiyyah dicela habis. Dianggap para ulama itu tidak mengerti fiqhul waqi'. Maksudnya fiqhul waqi' itu, tidak mengerti fiqh kekinian. Tahunya mereka itu hanya baca kitab saja, tapi untuk menerapkan apa yang mereka baca dengan kondisi yang ada sekarang, para ulama tidak bisa.
Dia memuji gurunya, ahli tafsir Muhammad Al Amin Asy Syinqithi rahimahullah, penulis kitab adhwa' al bayan. Dia memuji-muji, luar biasa kalau dia menafsirkan, ketika dia menerangkan satu ayat, diterangkan dari seluruh sisinya, dari sisi bahasanya, dari sisi penjelasan-penjelasannya. Tapi ilmunya belum diupdate, ilmunya masih masa lalu, belum bisa diterapkan untuk masa sekarang. Dihinakan, direndahkan para ulama, yang itu notabene adalah gurunya sendiri, dianggap tidak mengerti fiqhul waqi'. Dan itu manhaj ikhwanul muslimin.
Dan sayangnya itu diakui oleh Firanda dalam bukunya ketika menjelaskan tentang fiqhul waqi'. Maka dia sempat mengatakan, bahwa orang yang berpemahaman fiqhul waqi' ini adalah orang-orang yang kita kenal mereka dari kalangan hizbiyyun, dari pemahaman ikhwanul muslimin. Tapi tidak sadar, kalau sebenarnya dia sedang membantah dirinya. Abdurrahman Abdul Khaliq salah seorang diantara yang berpemahaman fiqhul waqi' ini, yang mencela para ulama. Dan ajaran ini berasal dari Sayyid Qutb, ajaran fiqhul waqi'. Menuduh para ulama tidak mengerti tentang realita yang ada yang sedang dialami oleh kaum muslimin. Ini dari Sayyid Qutb, dan ini menjadi pemahaman Abdurrahman Abdul Khaliq yang menjadi mufti dari ihya'ut thurots.
Ini salah satu contoh saja, belum kita bahas yang lainnya. Siapa itu Abul Hasan Al Maghribi? Siapa itu Ali Hasan Al Halabi? Sering mereka undang tokoh-tokohnya. Belum lagi diantara mereka pengagum Muhammad Al Arifi, seorang tokoh sesat dari Riyadh. Walhasil ma'asyaral ikhwah rahimakumullah, ini sudah dibahas. Para ulama telah berbicara tentang perkara ini, dan sudah kita bahas dalam sekian banyak kajian dan daurah. Namun kadang-kadang mungkin sebagian ikhwan belum memahami, atau mungkin tidak sempat hadir, atau mungkin belum memahami. Selama ini dia ngaji, tahunya dari Rodja. Kemudian ketika dia mengenal al manhaj salafy, dia masih bingung, bagaimana cara membedakan?
Namun seorang menyibukkan diri dengan ilmu. Apabila seorang mengikuti jenjang tingkatan ilmu, insya Allahu Ta'ala sedikit demi sedikit dia akan paham. Namun yang terpenting, bahwa diantara ushul al manhaj as salafy, mereka senantiasa menghubungkan ilmu mereka dengan ilmunya para ulama. Mendengarkan bimbingan dan nasehat dari para ulama, dalam setiap masa. Itulah yang menyebabkan ahlussunnah salafiyun mereka walhamdulillah selamat dari berbagai macam fitnah di setiap zaman. Sehingga ketika terjadi permasalahan, maka mereka senantiasa terhubung dengan para ulama.
Para ulama yang menyampaikan nasehat, memberi nasehat untuk berhati-hati dari hizbiyyah, berhati-hati dari penyimpangan fulan dan alan. Namun ketika seorang tidak memahami hal ini, kadang-kadang dia kaget. Diterangkan oleh Asy Syaikh Usamah bin Su'ud Al 'Amri hafizhahullahu ta'ala bahwa kadang-kadang seorang ketika mendengarkan para ulama mentahdzir seseorang misalnya, dia kaget.
"Koq kenapa si fulan ditahdzir? Koq si fulan dikatakan sesat, kenapa ya?"
Antum ini dimana selama ini? Tidur? Kalau seorang tidur, baru bangun, wajar berarti belum mengetahui hakekatnya. Tapi kalau selama ini tidur, dan baru bangun ketika itu, jangan langsung mencak-mencak begitu, jangan langsung marah-marah.
"Kenapa fulan ditahdzir? Kenapa fulan dikatakan sesat?"
Jangan! Teliti dulu! Namanya orang baru bangun kan jangan tergesa-gesa. Yang lain sudah membahas, yang lain mereka senantiasa terhubung dengan para ulama. Mengetahui kondisi orang-orang yang terfirnah. Dia mungkin berjalan dengan dunianya, sibuk dengan bisnisnya. Ketika salah seorang ustadznya ditahdzir, kaget.
"Lho, koq ustadz fulan ditahdzir?"
Lha kamu selama ini dimana? Kalau sibuk bisnis, sibuk jualan, jangan tergesa-gesa. Ini perkataan para ulama, bukan hal yang ringan. Para ulama itu, ketika mereka membahas, ketika mereka menjarh, mereka menjarh diatas ilmu, mereka menjarh diatas hujjah. Maka jangan tergesa-gesa mengingkari tahdzir yang datang dari para ulama disebabkan karena kejahilan kita, barakallahufiik.
Download Audio disini