Nasehat untuk ummahat yang suka update status
Tanya:
Mohon nasehatnya tentang ummahat yang suka curhat di status baik BB atau WhatsApp, misalnya seperti: "kesel sama ayam tetangga, jengkel deh!" atau statusnya "lagi masak bareng, kenyang deh!". Padahal tetangganya tidak tahu dan tidak diberi.
Jawab:
Oleh Al Ustadz Abu Karimah Askari hafizhahullah
Gunakan status yang bermanfaat. Pakailah status-status yang memberi manfaat kepada diri dan kepada orang lain. "Kematian itu dekat!". Itu kan bagus, menasehati orang lain. "Ternyata hidup itu tidak lama lagi", atau yang semisalnya, mengingatkan akan kematian, mengingatkan akhirat. Adapun yang ditampilkan itu kemewahan dunia:
"Wah, saya baru dapat kalung dari suami"
Masya Allah, untuk apa kamu tampilkan?
"Oh saya baru dapat bingkisan ini, bingkisan itu"
At tafakhur fi dunya, berbangga dengan perkara dunia. Hal yang tercela ma'asyaral ikhwah rahimakumullah. Ya buat status-status yang biasa. Kalau kemudian seorang menemui permasalahan, mungkin ada problem dalam rumah tangga, jangan dibawa keluar. Ada sebagian ummahat, itu subhanallah kalau ada permasalahannya, disebarkan. Yang baca itu kan seluruh dunia, siapa saja yang mengetahui statusnya dia, mengetahui sedang apa dia. Seharusnya kalau dia ada problem, dia sembunyikan, jangan ditampilkan di status.
"Saya baru saja berkelahi dengan suami, suami saya bonyok, karena terkena pukulan saya"
Yang seperti ini, ma'asyaral ikhwah rahimakumullah jangan dinampakkan. Ada sebagian itu, tidak ada kerjaan. Kerjaannya setiap hari, setiap saat ganti status, ganti profile, ganti status, ganti profile. Apa sih manfaatnya? Kecuali kalau tujuannya mengingatkan orang lain, mengingatkan kita dengan nikmat Allah Subhanahu Wa Ta'ala. Adapun yang sifatnya khawatir terjatuh ke dalam ghibah, khawatir terjatuh ke dalam menyakiti seorang mukmin yang lain, khawatir kita justru menceritakan apa yang seharusnya tidak pantas untuk diceritakan, apa yang terjadi di tengah rumah tangga kita.
Maka sebagai nasehat bagi siapa saja, para ikhwan, orang-orang tua, demikian pula para ummahat, yang menggunakan media-media yang seperti ini, manfaatkan dengan cara yang baik. Tujuannya adalah saling memberi faidah, saling menasehati, antara satu dengan yang lain. Bukan saling menjatuhkan, atau justru berbangga-bangga dengan perkara dunia. Yang ini merupakan hal-hal yang tidak sepantasnya.
Download Audio disini
Mohon nasehatnya tentang ummahat yang suka curhat di status baik BB atau WhatsApp, misalnya seperti: "kesel sama ayam tetangga, jengkel deh!" atau statusnya "lagi masak bareng, kenyang deh!". Padahal tetangganya tidak tahu dan tidak diberi.
Jawab:
Oleh Al Ustadz Abu Karimah Askari hafizhahullah
Gunakan status yang bermanfaat. Pakailah status-status yang memberi manfaat kepada diri dan kepada orang lain. "Kematian itu dekat!". Itu kan bagus, menasehati orang lain. "Ternyata hidup itu tidak lama lagi", atau yang semisalnya, mengingatkan akan kematian, mengingatkan akhirat. Adapun yang ditampilkan itu kemewahan dunia:
"Wah, saya baru dapat kalung dari suami"
Masya Allah, untuk apa kamu tampilkan?
"Oh saya baru dapat bingkisan ini, bingkisan itu"
At tafakhur fi dunya, berbangga dengan perkara dunia. Hal yang tercela ma'asyaral ikhwah rahimakumullah. Ya buat status-status yang biasa. Kalau kemudian seorang menemui permasalahan, mungkin ada problem dalam rumah tangga, jangan dibawa keluar. Ada sebagian ummahat, itu subhanallah kalau ada permasalahannya, disebarkan. Yang baca itu kan seluruh dunia, siapa saja yang mengetahui statusnya dia, mengetahui sedang apa dia. Seharusnya kalau dia ada problem, dia sembunyikan, jangan ditampilkan di status.
"Saya baru saja berkelahi dengan suami, suami saya bonyok, karena terkena pukulan saya"
Yang seperti ini, ma'asyaral ikhwah rahimakumullah jangan dinampakkan. Ada sebagian itu, tidak ada kerjaan. Kerjaannya setiap hari, setiap saat ganti status, ganti profile, ganti status, ganti profile. Apa sih manfaatnya? Kecuali kalau tujuannya mengingatkan orang lain, mengingatkan kita dengan nikmat Allah Subhanahu Wa Ta'ala. Adapun yang sifatnya khawatir terjatuh ke dalam ghibah, khawatir terjatuh ke dalam menyakiti seorang mukmin yang lain, khawatir kita justru menceritakan apa yang seharusnya tidak pantas untuk diceritakan, apa yang terjadi di tengah rumah tangga kita.
Maka sebagai nasehat bagi siapa saja, para ikhwan, orang-orang tua, demikian pula para ummahat, yang menggunakan media-media yang seperti ini, manfaatkan dengan cara yang baik. Tujuannya adalah saling memberi faidah, saling menasehati, antara satu dengan yang lain. Bukan saling menjatuhkan, atau justru berbangga-bangga dengan perkara dunia. Yang ini merupakan hal-hal yang tidak sepantasnya.
Download Audio disini