Nasehat bagi yang menyekolahkan anaknya di sekolah umum
TANYA JAWAB DAURAH BALIKPAPAN
Tanya:
Apa nasehat antum terhadap mereka-mereka, ikhwah yang masih menyekolahkan anaknya di sekolah umum? Atau yang masih berprofesi menjadi guru-guru sekolah? Padahal sebagian mereka telah lama mengaji, bahkan ada yang menjadi pengurus ma'had salafiyyin dan bagaimana kami menyikapinya?
Jawab:
Oleh Ustadz Muhammad As Sewed hafizhahullah
Ikhwani fiddin a'azakumullah, Allah Subhanahu Wata'ala melalui lisan rasulNya shallallahu 'alaihi wasallam sudah memperingatkan tentang masalah anak. Bahwa anak itu:
“Setiap anak itu dilahirkan dalam keadaan fitrah”—dalam riwayat lain disebutkan: “Dalam keadaan memeluk agama ini—Maka kedua orang tuanyalah yang menjadikan Yahudi, Nasrani atau Majusi (HR. Bukhari dan Muslim).
Artinya bapak ibunya yang bertanggung jawab yang menjadikan dia Yahudi atau Nasrani. Dan Allah menyatakan:
Jaga dirimu dan keluargamu dari api neraka (QS At-Tahrîm: 6)
Artinya kita tidak boleh lancang dalam masalah anak-anak kita. Jangan sembarangan kita masukkan pada sekolah-sekolah yang tidak jelas ilmunya, tidak jelas gurunya, tidak jelas prinsipnya dan manhajnya. Kaum muslimin yang saya hormati, wa khususon antum salafiyyin ahlus sunnah, apalagi yang sudah lama ngaji. Masa kalian tidak tahu tanggung jawabnya di sisi Allah Subhanahu Wata'ala. Apa jawaban anak tadi ketika dia rusak nantinya?
"Karena abi menyekolahkanku disana", ya Allah
"Coba kalau abi waktu itu masukkan aku ke sana, tidak ke sana, aku tidak begini"
Tanggung jawab, akan ditanya oleh Allah Subhanahu Wata'ala tentang anakmu, siapa guru yang mengajarinya? Kamu serahkan kepada siapa? Kamu didik dengan apa? Kamu masuk sekolah yang mana? Itu semua orang tua yang akan ditanya. Maka Ikhwani fiddin a'azakumullah, uusikum wa iyyaya bitaqwallah, aku wasiatkan kepada antum semuanya untuk takut kepada Allah Subhanahu Wata'ala dan berhati-hati dalam masalah mendidik anak. Berhati-hati dalam masalah mendidik anak, kalau sudah rusak, sulit diperbaiki. Jangan mengatakan gampang nanti, gampang nanti. Ikhwani fiddin a'azakumullah, jangan anggap remeh. Yang namanya syubhat, kalau sudah masuk ke dalam hati, sulit untuk dihapus, tidak gampang.
Maka hendaklah perhatikan anak-anak kita, didik dengan baik, serahkan kepada guru yang baik, di sekolah-sekolah yang baik. Baik dengan ukuran sunnah, baik dengan ukuran manhaj salaf. Ajari dengan manhaj salaf, berikan kepada guru yang benar-benar ahlussunnah salafy, masukkan ke pondok-pondok pesantren ahlussunnah. Ikhwani fiddin a'azakumullah, mau jadi apa sekolah di sekolah umum? Mau jadi apa? Mau jadi dokter? Insinyur? Sudah banyak dokter, sudah banyak insinyur yang masya Allah.
"Lho apakah semua ahlussunnah anak-anaknya nanti bakalnya kalau tidak jadi ustadz, jadi penjual herbal?"
Ikhwani fiddin a'azakumullah, itu jawaban mereka biasanya begitu, kalau tidak ustadz, penjual herbal. Masa tidak bisa yang lain? Ikhwani fiddin a'azakumullah, sesungguhnya bisa. Tetapi karena mereka dalam keadaan memang memilihnya yang seperti itu, ikut-ikutan saja. Padahal banyak-banyak untuk urusan dunia, sangat gampang. Siapa yang mengejar akhirat, Allah tidak akan sia-siakan dunianya. Siapa yang mengejar akhirat, Allah akan jamin dunianya, percayalah, percayalah. Sebagaimana dalam riwayat yang shahih yang dinukil dalam kitab 'Awa'iqut Tholab:
“Barang siapa yang menjadikan pikiran-pikirannya menjadi satu pikiran yaitu pikiran akhirat, Allah cukupkan masalah dunianya. Dan barang siapa yang pikirannya bercabang-cabang di urusan dunia, Allah tidak perduli di lembah dunia mana dia akan binasa.” (HR Ibnu Majah dan al-Hakim dihasankan oleh al-Albani)
Kalau bercabang-cabang niatnya kepada dunia, ingin ini, ingin itu. Tapi yang siapa yang mementingkan tujuannya hanya satu, yaitu kepentingan akhirat, maka Allah akan jamin dunianya. Ini iman, percaya berarti dia mukmin. Ikhwani fiddin a'azakumullah, kurang ya berarti kurang imannya. Kaum muslimin yang saya hormati, kita tidak menyatakan tidak boleh mencari dunia. Silahkan, gampang alhamdulillah, mudah. Saya lihat tadi, masya Allah, ngobrol-ngobrol dengan ikhwan-ikhwan usahanya macam-macam dan banyak yang berhasil, masya Allah. Ada yang konveksi pakaian, ada yang jual bubur, ada yang...masya Allah. Dan semuanya bisa menafkahi istrinya dan anak-anaknya, bisa menghidupi keluarganya.
Ikhwani fiddin a'azakumullah, kaum muslimin yang saya hormati, hati-hati jangan anggap remeh masalah pendidikan anak. Karena itu adalah kertas putih yang masih polos. Kalau kamu coret dengan coretan yang baik, jadi baik. Kalau kamu coret dengan coretan yang jelek, jadi jelek, na'udzubillah. Kalau kamu serahkan kertas putih ini kepada seorang yang jelek, silahkan corat-coret, apa jadinya?
"Siapa yang mengajari?"
"Tidak tahu, itu ada pak Markus sama pak Anu..."
Orang-orang yang nasrani, mengajar di sekolah umum. Ikhwani fiddin a'azakumullah, yang kadang-kadang berbicara bicara pelajaran umum, kadang-kadang nyeletuk masalah syubhat. Ikhwani fiddin a'azakumullah, jangan anggap remeh masalah ini, hati-hati, hati-hati. Tanggung jawabmu di hadapan Allah sangat besar, akan ditanya oleh Allah Subhanahu Wata'ala nanti tentang anak-anak kita, tentang istri kita.
Download Audio disini
Ikhwani fiddin a'azakumullah, Allah Subhanahu Wata'ala melalui lisan rasulNya shallallahu 'alaihi wasallam sudah memperingatkan tentang masalah anak. Bahwa anak itu:
كُلُّ مَوْلُوْدٍ يَـوْلَدُ عَلَى الْفِطْرَةِ- وَفِى رِوَايَةٍ: عَلَى هَذِهِ الْمِلَّةِ- فَأَبَوَاهُ يُهَوِّدَانَهُ أَوْيُنَصِّرَانَهُ أَوْيُمَجِّسَانَهُ
“Setiap anak itu dilahirkan dalam keadaan fitrah”—dalam riwayat lain disebutkan: “Dalam keadaan memeluk agama ini—Maka kedua orang tuanyalah yang menjadikan Yahudi, Nasrani atau Majusi (HR. Bukhari dan Muslim).
Artinya bapak ibunya yang bertanggung jawab yang menjadikan dia Yahudi atau Nasrani. Dan Allah menyatakan:
قُوا أَنْفُسَكُمْ وَأَهْلِيكُمْ نَارًا
Jaga dirimu dan keluargamu dari api neraka (QS At-Tahrîm: 6)
Artinya kita tidak boleh lancang dalam masalah anak-anak kita. Jangan sembarangan kita masukkan pada sekolah-sekolah yang tidak jelas ilmunya, tidak jelas gurunya, tidak jelas prinsipnya dan manhajnya. Kaum muslimin yang saya hormati, wa khususon antum salafiyyin ahlus sunnah, apalagi yang sudah lama ngaji. Masa kalian tidak tahu tanggung jawabnya di sisi Allah Subhanahu Wata'ala. Apa jawaban anak tadi ketika dia rusak nantinya?
"Karena abi menyekolahkanku disana", ya Allah
"Coba kalau abi waktu itu masukkan aku ke sana, tidak ke sana, aku tidak begini"
Tanggung jawab, akan ditanya oleh Allah Subhanahu Wata'ala tentang anakmu, siapa guru yang mengajarinya? Kamu serahkan kepada siapa? Kamu didik dengan apa? Kamu masuk sekolah yang mana? Itu semua orang tua yang akan ditanya. Maka Ikhwani fiddin a'azakumullah, uusikum wa iyyaya bitaqwallah, aku wasiatkan kepada antum semuanya untuk takut kepada Allah Subhanahu Wata'ala dan berhati-hati dalam masalah mendidik anak. Berhati-hati dalam masalah mendidik anak, kalau sudah rusak, sulit diperbaiki. Jangan mengatakan gampang nanti, gampang nanti. Ikhwani fiddin a'azakumullah, jangan anggap remeh. Yang namanya syubhat, kalau sudah masuk ke dalam hati, sulit untuk dihapus, tidak gampang.
Maka hendaklah perhatikan anak-anak kita, didik dengan baik, serahkan kepada guru yang baik, di sekolah-sekolah yang baik. Baik dengan ukuran sunnah, baik dengan ukuran manhaj salaf. Ajari dengan manhaj salaf, berikan kepada guru yang benar-benar ahlussunnah salafy, masukkan ke pondok-pondok pesantren ahlussunnah. Ikhwani fiddin a'azakumullah, mau jadi apa sekolah di sekolah umum? Mau jadi apa? Mau jadi dokter? Insinyur? Sudah banyak dokter, sudah banyak insinyur yang masya Allah.
"Lho apakah semua ahlussunnah anak-anaknya nanti bakalnya kalau tidak jadi ustadz, jadi penjual herbal?"
Ikhwani fiddin a'azakumullah, itu jawaban mereka biasanya begitu, kalau tidak ustadz, penjual herbal. Masa tidak bisa yang lain? Ikhwani fiddin a'azakumullah, sesungguhnya bisa. Tetapi karena mereka dalam keadaan memang memilihnya yang seperti itu, ikut-ikutan saja. Padahal banyak-banyak untuk urusan dunia, sangat gampang. Siapa yang mengejar akhirat, Allah tidak akan sia-siakan dunianya. Siapa yang mengejar akhirat, Allah akan jamin dunianya, percayalah, percayalah. Sebagaimana dalam riwayat yang shahih yang dinukil dalam kitab 'Awa'iqut Tholab:
مَنْ جَعَلَ الْهُمُومَ هَمًّا وَاحِدًا هَمَّ آخِرَتِهِ كَفَاهُ اللَّهُ هَمَّ دُنْيَاهُ وَمَنْ تَشَعَّبَتْ بِهِ الْهُمُومُ فِي أَحْوَالِ الدُّنْيَا لَمْ يُبَالِ اللَّهُ فِي أَيِّ أَوْدِيَتِهَا هَلَكَ. رواه ابن ماجه والحاكم وحسنه الألباني
“Barang siapa yang menjadikan pikiran-pikirannya menjadi satu pikiran yaitu pikiran akhirat, Allah cukupkan masalah dunianya. Dan barang siapa yang pikirannya bercabang-cabang di urusan dunia, Allah tidak perduli di lembah dunia mana dia akan binasa.” (HR Ibnu Majah dan al-Hakim dihasankan oleh al-Albani)
Kalau bercabang-cabang niatnya kepada dunia, ingin ini, ingin itu. Tapi yang siapa yang mementingkan tujuannya hanya satu, yaitu kepentingan akhirat, maka Allah akan jamin dunianya. Ini iman, percaya berarti dia mukmin. Ikhwani fiddin a'azakumullah, kurang ya berarti kurang imannya. Kaum muslimin yang saya hormati, kita tidak menyatakan tidak boleh mencari dunia. Silahkan, gampang alhamdulillah, mudah. Saya lihat tadi, masya Allah, ngobrol-ngobrol dengan ikhwan-ikhwan usahanya macam-macam dan banyak yang berhasil, masya Allah. Ada yang konveksi pakaian, ada yang jual bubur, ada yang...masya Allah. Dan semuanya bisa menafkahi istrinya dan anak-anaknya, bisa menghidupi keluarganya.
Ikhwani fiddin a'azakumullah, kaum muslimin yang saya hormati, hati-hati jangan anggap remeh masalah pendidikan anak. Karena itu adalah kertas putih yang masih polos. Kalau kamu coret dengan coretan yang baik, jadi baik. Kalau kamu coret dengan coretan yang jelek, jadi jelek, na'udzubillah. Kalau kamu serahkan kertas putih ini kepada seorang yang jelek, silahkan corat-coret, apa jadinya?
"Siapa yang mengajari?"
"Tidak tahu, itu ada pak Markus sama pak Anu..."
Orang-orang yang nasrani, mengajar di sekolah umum. Ikhwani fiddin a'azakumullah, yang kadang-kadang berbicara bicara pelajaran umum, kadang-kadang nyeletuk masalah syubhat. Ikhwani fiddin a'azakumullah, jangan anggap remeh masalah ini, hati-hati, hati-hati. Tanggung jawabmu di hadapan Allah sangat besar, akan ditanya oleh Allah Subhanahu Wata'ala nanti tentang anak-anak kita, tentang istri kita.
Download Audio disini